Pengalaman Estetis

Oktober 17th, 2022

Nama : Taufik Rizky

NPM : 202146500523

Kelas : S3D

 

Dosen Pengampu: Angga Kusuma Dawami, M. Sn.

 

Menghadiri Pameran Seni Galeri Nasional

 

Pengalaman saya Pergi ke Galeri nasional sangat menyenangkan dan menambah pengentahuan tentang filsafat seni, karena banyaknya karya seni mulai dari seni lukis, seni patung,dan lain-lain


I Gusti Nyoman Lempad

(1862-1978)

Penari

Tinta pada kertas Ink on paper



I Gusti Lempad

Lempad belajar segalanya tentang tarian, agama dan masyarakat. Lempad menguasai - selain melukis - juga memahat, mematung dan menukang (undagi). Lempad bertemu Walter Spies ketika berusia 40 tahun, saat ia membantu Walter Spies membangun rumahnya di Campuhan, Ubud. Dari Spies, Lempad belajar teknik modern dalam melukis. Ia mengembangkan lukisan wayang dengan  mengambil tema Ramayana dan Mahabharata yang diolah melalui berbagai material, seperti: kayu, kertas, pensil atau tinta Cina.              


  Alasan saya memilih karya seni ini karena ketertarikan dengan Tinta pada kertas


Batara Lubis 

(1927 - 1986)

Pasar (1962)

Cukil Kayu pada Kertas


Batara Lubis 

Batara Lubis lahir pada tanggal 2 Februari tahun 1927 di Hutagodang Tapanuli Selatan, Sumatra Utara. Batara Lubis merupakan keturunan Radja-Radja Hutagodang MandailingJulu, tepatnya putra kedua dari Raja Junjungan Lubisa, mantan Gubernur Sumatra Utara yang pada masa itu juga merupakan seorang pelukis yang pernah berguru dengan Wakidi, salah seorang naturalis pertama terkemukda di Sumatra BArat. Awal 1950an Batara Lubis juga dikenal sebagai salah satu pelukis angkatan Sanggar Pelukis Rakyat, yang ditahun 1960 bersama Hendra Gunawan, Sudarso, dan Trubus. Batara Lubis juga dikenal sebagai salah satu pelukis angkatan Sanggar Pelukis Rakyat, yang ditahun 1960 bersama Hendra Gunawan, Trubus, dan seniman muda lainnya, membuat monumen Tugu Muda Semarang. 

Batara Lubis mengadakan pameran lukisan tunggal pertamanya pada tahun 1956 di Balai Budaya dan kemudian beberapa kali mengadakannya juga di Yogyakarta, Medan, maupun Jakarta. Pameran bersama yang pernah diadakan antara lain Pameran Konferensi Bandung untuk Asia-Afrika (1955), Pameran Karya Pelukis Muda Asia di Tokyo, Jepang dan pameran keliling seni lukis Indonesia di Chekoslovakia, Austria, dan Berlin, Jerman. Beberapa kali ia mengikuti pameran Biennale Seni Lukis Indonesia di Taman Ismail Marzuki antara tahun 1971 hingga tahun 1980-an.

ilustrasi pasar tradisional  ini menggambarkan era dimasa lampau 


Sutjipto Adi
(1957)

Dalam Alam Dewa Ruci (1986)





ilustrasi ini menarik dengan menggunakan style retro, surrealism dan prinsip simetris


 "Kelahiran"

Lukisan dalam suasana surrealis ini menggambarkan manusia dalam sosok anatomis lapisan-lapisan daging yang berdiri di tengah ruang. Kengerian sosok itu terhubung dengan bayangan figur-figur pada lantai dalam ketegangan, dan pada dinding serta tangga lantai yang juga membayang figur-figur dalam kematian. Akan tetapi pada ujung ruang ini digambarkan dua anak yang melonjak dalam keceriaan. Karya ini menyampaikan makna tentang harapan baru yang tumbuh dari kelahiran. Terlebih hal itu di tengah dunia yang berisi ketegangan dan kecemasan tentang berbagai kematian.

Sucipto Adi merupakan salah seorang pelukis surrealis Indonesia yang tumbuh pada tahun 1980an. Karya-karyanya merupakan manifestasi dari pertanyaan dan pencariannya mengenai makna hidup. Ciri personalnya adalah ungkapan dalam bentuk simbolik berupa figur manusia, binatang, tumbuhan, dan bentuk-bentuk yang dikonstruksi dalam bentuk geometris dengan komposisi yang rumit.



Kesimpulannya adalah banyak karya seni dan pengentahuan yang belum diketahui digaleri, mungkin 
hanya sedikit yang saya pilih dari salah satu karya seni lainnya.








Komentar

Postingan populer dari blog ini